Mengarungi Dirgantara: Tenggelam Dalam Luasnya Buana Sastra

 Menulis sastra bagi saya bukan sekadar merangkai kata, melainkan sebuah perjalanan-kadang penuh gelombang, kadang tenang seperti sungai yang mengalir di senja hari. Setiap cerita yang saya tulis adalah refleksi dari pengalaman, pengamatan, dan imajinasi yang berkelindan di kepala.  

Saya pertama kali jatuh cinta pada sastra saat membaca novel-novel klasik yang mengajak saya menjelajahi dunia di luar batas realitas. Dari sana, saya mulai merangkai puisi, cerpen, hingga esai yang menggali sisi-sisi terdalam kehidupan. Ada kegembiraan tersendiri saat melihat kata-kata berubah menjadi jendela yang menghubungkan pembaca dengan dunia yang saya ciptakan.  

Tak hanya sebagai penulis, saya juga seorang pengamat dan penikmat sastra. Interaksi saya dengan berbagai karya, mulai dari puisi Sapardi Djoko Damono yang lembut hingga prosa Pramoedya Ananta Toer yang tajam, telah membentuk cara saya memandang dunia. Setiap buku yang saya baca mengajarkan sesuatu yang baru, memperkaya sudut pandang saya dalam menulis.  

Bagi saya, sastra adalah cermin kehidupan. Dalam setiap kalimat, ada kisah yang menunggu untuk ditemukan, ada makna yang menanti untuk diresapi. Dan dalam perjalanan ini, saya terus menari di antara kata-kata, merangkai dunia dengan imajinasi, dan membiarkan sastra menjadi napas yang menghidupi jiwa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari pertama, 06 Februari 2025

Tugas membuat puisi

Hari kedua, 7 Februari 2025